Sabtu, 09 Maret 2013

Sinopsis Novel Laskar Pelangi


Sinopsis Novel Laskar Pelangi

 
Pagi itu adalah hari pertama masuk sekolah di sebuah SD Muhammadiyah. Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Tahun lalu SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Hari itu baru sembilan murid yang telah terdaftar, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan akan berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah itu. 

Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk yang diatur oleh Bu Muslimah yang merupakan satu-satunya pengajar yang harus diacungi jempol yang bertahan demi kemajuan pendidikan ilmu dan agama untuk anak-anak, pertemuan mereka dengan Pak Harfan sang kepala sekolah yang terkadang merangkap sebagai guru, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Muslimah, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang pergi ke sekolah menempuh jarak 80 km setiap hari. Ia menaiki sepeda dan melewati rawa, sungai yang dihuni banyak buaya.

Mereka, Laskar Pelangi nama yang diberikan Ibu Muslimah karena kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Seperti pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Sekolah mereka tidak lagi dipermalukan sekolah PN yang favorit dengan membuat tarian sederhana bergaya Afrika dan memukau penonton serta juri.
 

Ayah Lintang meningggal dunia, dan sang genius itu terpaksa harus menghentikan pendidikannya di sekolah Muhamadiyah akibat tak ada biaya.
 

Tak ada yang menyangka juga bahwa sang seniman, Mahar, semakin hari justru malah semakin tertarik pada ilmu mistik alam gaib. Karena suatu hal, membawa ia pada suatu pertemuan dengan seorang anak perempuan tomboy, anak seorang penguasa kapal keruk di PN Timah, Flo. Karena tertarik pada bidang mistik yang dimiliki oleh Mahar, Flo akhirnya meninggalkan segala kemewahan sekolah PN untuk melanjutkan studinya di sekolah miskin Muhamadiyah.
 


Mereka bersama kelompok pecinta alam gaibnya telah banyak menguak misteri yang dianggap orang keramat di daerah Belitong. Tak jarang kelompok yang dipimpin Mahar ini mendapatkan ejekan dari masyarakat setempat. Tapi Mahar serta Flo tak pernah menyerah. Walaupun telah ditegur oleh Ibu Mus karna telah menodai ilmu agama, tapi Mahar dan Flo tetap pada jalan yang telah ia tempuh.
 

Hobi mereka pada alam gaib ini menyebabkan mereka terancam tak bisa mengikuti ebtanas karna nilai-nilai mereka yang semakin menurun. Mereka pun mulai resah. Akhirnya terlintas ide untuk meminta petunjuk pada seorang dukun sakti yang banyak disebut oleh masyarakat sebagai manusia setengah peri, Tuk Bayan Tula.
 


Maka pergilah Flo dan Mahar bersama tim dunia mistiknya mengunjungi kediaman sang Tuk yang terdapat pada sebuah pulau tak berpenghuni yang terkenal sangat angker yaitu Pulau Lanun.
 

Dengan mempertaruhkan nyawa sepanjang perjalanan, akhirnya mereka semua sampai di Pulau tersebut. Dengan menempuh perjalanan yang panjang dan mengerikan, akhirnya mereka sampai ke suatu gua tempat kediaman sang dukun.
 

Dan mereka berhasil berjumpa langsung dengan Tuk Bayan Tula, sang idola mereka. Maka berceritalah Flo dan Mahar tentang masalah mereka di sekolah. Tuk yang menghargai usaha mereka mencapai pulau itu kemudian memberi mereka sebuah petunjuk yang tertulis pada sebuah gulungan kertas. Sepulang dari Pulau Lanun, surat Tuk Bayan Tula berisi, “Bila ingin nilai baik, belajarlah dengan giat.”

Siapa menyangka ternyata petunjuk yang diberikan sang dukun bisa mengubah jalan hidup Mahar dan Flo. Dua belas tahun kemudian, kesepuluh sahabat itu menjadi seseorang yang benar-benar tidak bisa disangka. Mereka menjalani hidup mereka masing-masing dengan damai dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan pada mereka saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar